Gapai Berkah Ramadan dengan Manajemen Diri

FOTO-Siti Khoiriyah. (dok.pribadi)

pai.unugiri.ac.id, BOJONEGORO – Bulan suci Ramadan memberi tantangan tersendiri dalam menejemen diri seorang muslim. Bagaimana tidak? Hal-hal asyik yang biasa dilakukan menjadi terbatas dan harus di hindari. Seperti makan dan minum di siang hari. Namun, ada hal yang lebih sukar dari pada hanya menahan lapar dan dahaga di siang hari. Yaitu, menahan nafsu dan amarah yang dapat membatalkan puasa.

Kemampuan kontrol diri dan emosi, menjadi hal dominan yang harus dimiliki seorang muslim di bulan suci, dan hal ini memerlukan latihan dan pembiasaan secara continu agar dapat menjadi sebuah karakter.

Hal itu sebagaimana pendapat Ardini (2017) terkait self-management, yaitu seseorang yang memiliki keahlian untuk mengendalikan diri seperti fisik, emosi, pikiran, jiwa dengan memanfaatkan segenap kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan amatan sederhana penulis, banyak orang yang mampu menahan lapar dan dahaga saat berpuasa. Namun tidak sedikit orang yang dapat mengendalikan diri untuk tidak menggunjing atau membicarakan saudaranya. Hal ini menjadi pelajaran penting, bahwa sebagai seorang muslim yang kaffah harus mengetahui esensi dan subtansi puasa agar dapat menjalani ibadah puasa dengan penuh berkah dan pahala.

Dengan demikian, wawasan mengenai puasa, harus dimiliki oleh seorang muslim terlebih dahulu, untuk meningkatkan kemampuan control diri dan emosi yang dapat membawa kepada konsep menejemen diri yang baik.

Hal serupa juga di jelaskan gamblang hasil penelitiannya Zainuddin Nur dan Adrial Falahi (2023), bahwa self-management perlu dibangun melalui pengetahuan, wawasan, keberanian, dan keteguhan hati untuk mengendalikan diri agar segala aktivtas ibadah berjalan sesuai dengan koridor syariah berpuasa.

Keberanian dan keteguhan hati menjadi poin kedua dan ketiga dalam konsep self-management, keberanian disini dapat diartikan sebagai ketegasan seorang muslim dalam memilih melakukan hal-hal yang baik atau kesunahan dalam berpuasa dan meninggalkan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.

Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah keteguhan hati. Keteguhan hati bisa didefinisikan sebagai kemampuan mengendalikan diri untuk sejenak meninggalkan keinginan semu demi mencapai tujuan jangka panjang yang tentunya lebih besar. Keteguhan hati bukan hanya terkait dengan memiliki motivasi atau tekad untuk mencapai sesuatu. Tetapi juga, melibatkan pengendalian pola pikir dan kebiasaan sehari-hari.

Konsep menejemen diri yang baik dapat berdampak pada wishlist kehidupan yang ideal sesuai target di masa mendatang. Kehidupan yang memiliki target, akan jauh lebih terarah dan fokus, secara tidak langsung. Hal ini merupakan keberanian dan upaya peneguhan hati untuk meningkatkan kualitas diri yang lebih baik.

Senada dengan tips dan trik yang dikemukakan oleh Watson dan Tharp (2007), mengenai langkah-langkah atau tahapan dalam self-management diantaranya adalah:

Pertama, selecting goals. Yaitu, menentukan tujuan dan target yang ingin digapai.

Kedua, translating goals into target behaviors. Yaitu, mengidentifikasi perilaku yang ditargetkan untuk perubahan. Suatu target yang telah dipilih untuk dilakukannya sebuah perubahan, dan mengantisipasi beberapa hambatan serta memikirkan bagaimana cara untuk menegosiasikannya.

Ketiga, self-monitoring. Yaitu mengamati perilaku sendiri secara sistematis, dengan berhati-hati dan membuat catatan perilaku dalam buku harian, mencatat segala perilaku beserta komentar-komentar tentang berbagai isyarat dan konsekuensi yang terkait.

Keempat, working out a plan for change. Yaitu membuat rencana perubahan dengan merancang sebuah program untuk mewujudkan perubahan yang sebenarnya. Berbagai rencana untuk tujuan yang sama, bisa dirancang masing-masing perencanaan tujuan bisa efektif.

BACA JUGA: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Ibadah Puasa

Beberapa jenis sistem penguatan diri diperlukan dalam rencana ini, karena penguatan merupakan landasan terapi perilaku yang baru. Penguatan diri adalah strategi sementara yang digunakan sampai perilaku baru telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. melakukan langkah-langkah untuk memastikan bahwa peningkatan yang dilakukan akan dipertahankan.

Kelima, evaluating an action plan. Yaitu perencanaan tindakan evaluasi dengan rencana perubahan evaluasi digunakan untuk dapat menentukan tujuan yang akan tercapai. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan dan bukan kejadian satu kali, karena upaya perubahan diri adalah latihan seumur hidup.

Dari konsep menejemen diri beserta tips di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memiliki self-management yang baik bukan hal yang instan. Tapi bukan berarti, hal ini adalah pekerjaan yang sukar digapai.

Jika kita sebagai seorang muslim sudah berniat dan memiliki tekat untuk meningkatkan kualitas diri, maka segala atribut mulai dari penentuan target sampai perencanaan evaluasi aksi, harus dihayati dengan benar. Lalu, kemuadian di amalkan dengan istiqomah. (*)

* Siti Khoiriyah, M.Pd., Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri.
Editor: Usman Roin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *