Nilai-Nilai Pendidikan dalam Ibadah Puasa

FOTO-Ulva Badi’ Rahmawati. (dok.pribadi)

pai.unugiri.ac.id, BOJONEGORO – Puasa merupakan rukun Islam yang keempat. Ada beberapa nilai pendidikan yang terkandung dalam pengamalan puasa. Diantaranya, nilai ketaqwaan, nilai kejujuran, nilai kesabaran, nilai kedisiplinan, nilai kepedulian sosial, nilai kesehatan, nilai keikhlasan, nilai menjaga amanah, nilai bersyukur pada Allah, dan nilai melatih hidup sederhana.

Nilai ketaqwaan dengan melakukan ibadah puasa, hendaknya didasari rasa takut kepada Allah Swt. Sehingga, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Puasa merupakan perintah Allah Swt yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Maka, sudah menjadi kewajiban berpuasa bagi umat Islam.

Nilai kejujuran puasa dilakukan sepanjang hari dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Selama pelaksanaan, puasa seseorang dilatih jujur. Yaitu, menahan diri dari makan dan minum dari terbit fajar sampai terbenam matahari, baik ketika bersama teman, keluarga maupun ketika sendiri.

Kejujuran ini didasari pada keyakinan bahwa Allah Maha Melihat atas perbuatan manusia di manapun dan kapanpun. Adapun langkah melatih kejujuran yaitu dengan ikhlas menjalankan puasa. Ketika ikhlas itu sudah tertanam, maka akan diikuti dengan kejujuran.

Apabila sifat jujur telah tertanam pada diri seseorang, maka dirinya akan merasa tenteram. Ia tidak akan dihinggapi oleh rasa takut atau rasa dosa. Karena, segala sesuatu jelas dan tidak ada yang dipalsu atau disembunyikan.

Nilai kesabaran, ketika berpuasa seseorang akan menahan diri dari makan, minum, Manahan hawa nafsu, menahan diri dari berkata-kata yang buruk, menahan dari bertengkar dan sebagainya. Sehingga, selama berpuasa maka di sinilah dilatih untuk bersabar agar mendapat pahala puasa.

Manfaat ini terkait dengan hakikat puasa sebagai melatih kesabaran. Sementara itu, sabar dalam puasa ada tiga: Pertama, sabar karena taat. Yakni, menahan kesusahan-kesusahan dalam mengerjakan taat dan menahan kesukaran-kesukaran dalam melakukan ibadah.

Kedua, sabar dari maksiat. Yakni, menahan diri dari mengerjakan maksiat atau menahan diri dari melepaskan hawa nafsu, diri dari mengerjakan kemungkaran dan kedurhakaan. Adapaun yang ketiga, sabar dalam mengalami bencana yang menimpa diri dengan hati yang penuh ketabahan, tidak mengeluh dan tidak mengutuk nasib.

Pada nilai kedisiplinan, seseorang yang puasa harus menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Dari sini, maka seseorang dilatih disiplin. Yaitu, mengikuti tuntunan yang sudah ditentukan dengan makan, minum pada waktu yang sudah ditentukan.

Dengan terbiasa mengikuti aturan maka karakter disiplin ini akan tertanam meski diluar bulan puasa maka akan terbiasa dengan disiplin.

Terhadap nilai kepekaan sosial, orang yang taat melaksanakan ibadah puasa akan menumbuhkembangkan kepedulian sosial yang mendalam. Selain itu selalu berpihak kepada kelompok fakir miskin (dhuafa).

Kondisi semacam ini bermuara kepada penghayatan terhadap pengamalan ibadah puasa sebagai teladan sifat pengasih dan penyayang Allah Swt. Nilai ini, akan menimbulkan rasa sayang, mempererat persaudaraan, menjaga silaturahmi, sikap tolong-menolong, gotong royong, dan sebagainya.

BACA JUGA: Urgensi Optimis

Pada nilai kesehatan, pelaksanaan ibadah puasa dengan baik akan menghilangkan berbagai macam penyakit. Manfaat ini, berhubungan dengan kesabaran sebagai hakikat puasa sekaligus tujuan puasa agar memperoleh derajat mutaqin.

Puasa tidak memberi negatif bahkan bagi orang-orang sehat dan sebagian penderita penyakit tertentu, dapat memberikan dampak positif terhadap fisik dan mentalnya. Tubuh mampu menyesuaikan diri dengan keadaan berpuasa.

Sejak seseorang berniat melakukan puasa esok harinya, hipotalamus yaitu bagian otak yang menghimpun informasi mengeluarkan perintah-perintah kepada kelenjar hipofisis yang berada di bawahnya. Hipofisis mengatur agar sistem terkait dalam tubuh terutama sistem pencernaan mengadakan persiapan penyesuaian diri dengan akan terhentinya pemasukan makanan dan cairan selama lebih kurang 14 jam setiap harinya.

Dengan demikian, pengeluaran cairan, enzim-enzim dan hormon-hormon oleh kelenjar-kelenjar dikurangi, sehingga keadaan seimbang dalam tubuh tetap terpelihara. Mekanisme pertahanan tubuh memang sangat rapi.

Dari keterangan di atas, nilai-nilai yang dapat dipetik antara lain: meningkatkan sensitivitas moral; menjauhkan manusia dari degradasi moral; dan membentuk manusia yang berakhlak.

Sementara itu, ibadah puasa dapat menumbuhkan kecenderungan-kecenderungan dintaranya: pertama, selalu sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai realisasi iman dan ihsan kepada Allah Swt dan ingin membersihkan dirinya secara lahir dan batin.

Kedua, selalu mawas diri dan waspada agar tidak melanggar larangan atau mencegah terjadinya pelanggaran dan norma.

Ketiga, selalu mewujudkan fungsi pengontrolan terhadap dirinya sendiri (self control) atau pengawasan melekat terhadap diri sendiri mungkin juga terhadap orang-orang disekitarnya.

Keempat, selalu mewujudkan tepat waktu atau selalu berdisiplin terhadap penggunaan waktu.

Kelima, selalu peka terhadap orang yang kurang beruntung atau aksi nyata dalam pengentasan kemiskinan dan peduli terhadap mereka yang terperangkap oleh ketidakadilan.

Pada nilai keikhlasan, puasa di bulan suci Ramadan mengajarkan kepada pelakunya untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankannya. Seseorang mudah dan bisa saja berbohong kepada orang lain dengan mengatakan bahwa ia sedang berpuasa.

Jika ingin membatalkan puasanya, tentu bukan sesuatu yang sulit. Tidak ada yang tahu isi hati setiap manusia kecuali hanya Allah Swt. Karena Allah Swt Maha Mengetahui segala sesuatu, yang menguasai dimensi ruang dan waktu, sehingga tidak akan ada sedikit pun yang luput dari pengawasan-Nya.

Nilai berikutnya menjaga amanah. Menjaga Amanah di sini, karena puasa merupakan merupakan amanah dari Allah Swt yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman. Sudah selayaknya sebagai umat mukmin untuk menjaga dan melaksanakan amanah yang dipikulkan kepadanya.

Sebagai umat yang beriman, tentu menyadari kedudukannya sebagai seorang hamba untuk menjalankan segala kewajiban dan menjauhi larangan yang telah diberikan oleh Tuhannya. Maka, siapapun yang menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar, sesuai dengan tuntutan Allah Swt, niscaya puasa tersebut akan menuntunnya menjadi pribadi yang jujur dan amanah.

Terhadap nilai bersyukur, puasa mendidik kita ikut merasakan penderitaan yang dirasakan oleh kaum fakir miskin. Betapa besar karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Ternyata di luar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung kita. Melalui puasa inilah, kita dapat belajar untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Allah swt.

Nilai pendidikan yang lain, puasa mengajarkan kepada kita arti kesederhanaan. Hal tersebut terlihat dari kesederhanaan dalam hal makanan dan minuman. Kesederhanaan di dalam ibadah puasa terlihat ketika makan.

Apalagi, selama berpuasa, umat Islam hanya dua kali makan yakni, makan sahur dan saat berbuka. Ini mengajarkan pola hidup hemat dan tidak berlebih-lebihan.

Umat Muslim dianjurkan untuk tidak makan berlebihan ketika waktu berbuka maupun ketika makan sahur. Karena dengan perut yang penuh, maka akan mengakibatkan malas dalam beribadah.

Adapun, nilai pendidikan yang terakhir adalah kebaikan. Nilai-nilai tersebut apabila dilaksanakan, maka akan terbentuk akhlak yang mulia pada diri seorang muslim. Nilai-nilai yang baik seperti ini perlu ditanamkan melalui pembiasaan agar tertanam kuat di hati sehingga akan menjadi karakter seseorang.

Terlebih, karakter yang baik akan tercemin dengan perilaku yang baik. Sehingga pada bulan Ramadan adalah saat yang tepat untuk meningkatkan keimanan, menanamkan nilai-nilai kebaikan. Sehingga, tujuan pendidikan Islam akan tecapai. (*)

* Ulva Badi’ Rahmawati, M.Pd.I., Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri.
Editor: Usman Roin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *