Makna Ramadan sebagai Bulan Tarbiyah

FOTO-Farida isroani. (dok.pribadi)

pai.unugiri.ac.id, BOJONEGORO-Ramadan bulan tarbiyah atau Syahrut Tarbiyah artinya bulan pendidikan. Mengapa disebut sebagai bulan tarbiyah? Karena pada bulan Ramadan Allah SWT mendidik umat manusia secara langsung melalui ibadah puasa.

Pada bulan Ramadan sangat kondusif dan mendukung manusia untuk menggali ilmu agama lebih dalam, sebab pada bulan ini setan yang biasa menggoda manusia dan menghembuskan kemalasan tengah dibelenggu oleh Allah Swt.

Rasullah Saw bersabda riwayat An-Nasa’i, Ahmad, dan Baihaqi yang artinya: Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, setan-setan dibelenggu, dan di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan.

Definisi Tarbiyah

Tarbiyah adalah kata yang sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Tarbiyah artinya proses pengembangan atau penyampaian ilmu kepada seseorang untuk membentuk ketakwaan dan kepribadian yang baik.

Dikutip dari buku Bahtsu El-Kutub Al-Tarbiyah Al-Islamiyah: Telaah Falsafi Prinsip dan Urgensi oleh Muhammad Natsir, secara bahasa kata tarbiyah adalah berasal dari tiga kata yakni: Pertama, Robaa yarbu artinya bertambah dan berkembang; Kedua, robiya yarba artinya tumbuh berkembang dan terbimbing; Ketiga, robba yarubuu artinya menguasai urusannya dan membimbingnya.

Asal kata Tarbiyah dijelaskan dalam Al-Quran surah Ali-Imran: 79, yang artinya: Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!

Makna kata rabbaniy dalam ayat itu berarti orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam lalu menyampaikan ilmunya kepada orang lain.

Tarbiyah Perspektif Hadist

Tarbiyah sebagai konsep pendidikan diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. Rasullah Saw dalam riwayat Bukhari bersabda: Jadilah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqih dan berilmu. Kalian disebut pendidik apabila telah mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan dari sekecil-kecilnya sampai menuju pada tinggi.

Nabi Muhammad mendorong umat muslim untuk menjadi seorang pendidik yang santun dan paham akan ilmu agama, ilmu fikih dan memiliki pengetahuan yang luas dalam mendidik anak dari tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi. Pentingnya pendidikan kepada umat muslim adalah sebagai pandangan dan keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Jenis Tarbiyah

Macam-macam Tarbiyah adalah dibagi menjadi dua, yakni tarbiyah khalaqiyyah dan tarbiyah diniyah tahdizibiyyah.

Pertama, tarbiyah khalagiyyah adalah pendidikan yang berhubungan dengan jasmani manusia yang bertujuan untuk mengembangan rohani. Kedua, tarbiyah diniyah tahdzibiyyah adalah pendidikan yang berhubungan dengan pengembangan akhlak manusia.

Puasa sebagai sistem ibadah dalam Islam, dalam pelaksaksanaannya memerlukan pemahaman tentang kaifiyat (tata cara) sesuai dengan petunjuk syari’at, baik syarat, rukun, hukum ibadah. Bahkan lebih dari itu, puasa tidak sekadar dilaksanakan, namun harus dirasakan dan dijiwai dengan segenap kemampuan hati dan pikiran.

Puasa mengandung makna universal bagi kehidupan, mencakup segala aspek yang dibutuhkan manusia, mengandung pesan moral untuk merubah perilaku manusia menjadi lebih baik, mengandung filsafat hidup guna mengantarkan manusia memahami makna terdalam dan hakekat hidup.

Oleh karena itu, puasa harus dipahami secara benar, proporsioanl dan konprehensip, sehingga terhindar dari sekedar puasa syari’at, namun dapat mencapai puasa hakekat. Allah sebagai rabbun, yang mengandung arti Dzat yang Maha Kuasa dalam mencipta, mengatur, memelihara dan mendidik seluruh makhluk-Nya.

Sebagai pendidik, Allah menetapkan sistem pendidikan melalui berbagai media ibadah yang tidak saja sebagai sarana bertaqarrub kepada Allah, namun juga mengandung sistem pendidikan seperti ibadah puasa.

BACA JUGA: Ramadan, Bulan Al-Qur’an

Adapun beberapa nilai tarbiyah yang dikandung dalam ibadah puasa adalah:
Pertama, tarbiyah ilahiyah. Bahwa puasa merupakan sistem pendidikan Tuhan, untuk membentuk manusia menjadi khairul bariyyah yakni sebaik-baik makhluq, maka orang yang tidak mau mengikuti pendidikan yang di selenggarakan oleh Allah, akan menjadi syarrul bariyyah yakni sejelek-jelek manusia.

Atau dapat dipahami bahwa puasa merupakan latihan untuk mengasah sifat rububiyah yakni sifat ke-Tuhanan, seperti kasih sayang, pema’af, pemberi, penolong, penyantun, bijaksana, dll.

Kedua, tarbiyatul iradah. Bahwa puasa merupakan pendidikan kehendak, kemauan, keinginan. Manusia memiliki banyak kemauan atau keinginan yang tidak terhingga, sehingga apabila tidak dibimbing dan diarahkan kepada kemauan yang baik, maka keinginan manusia akan cenderung liar dan merugikan kehidupannya, maka melalui ibadah puasa seluruh keinginan tersebut dibina dengan baik melalui puasa Ramadan.

Dalam tarbiyatul iradah, tidak saja mengendalikan keinginan yang jelek, namun keinginan naluriyah yang baik sekalipun dalam waktu tertentu harus di kendalikan untuk mentaati segala larangan Allah, seperti makan, minum, berhubungan dengan suami istri.

Ketiga, tarbiyah sifatiyah. Bahwa puasa merupakan pendidikan efektif terhadap sifat-sifat manusia, karena dirasakan langsung oleh orang-orang yang berpuasa, sehingga proses pengendalian sifat-sifat yang jelek akan berjalan dengan baik.

Menurut Imam Ghazali dalam bukunya Bimbingan Mencapai Tingkatan Mukmin mengatakan bahwa manusia memiliki empat macam sifat, yakni: sifat rububiyah, yakni sifat ketuhanan, yang serba baik, seperti kasih sayang, adil dan bijaksana, pemaaf, suka menolong dll.

Sifat syaithaniyah, yakni sifat setan yang senantiasa menghalang-halangi manusia berbuat baik dan mengajak manusia berbuat maksiat. Sifat bahimiyah, yakni sifat kebinatangan, yang lebih mengedepankan pemenuhan kebutuhan jasmaniyah dan nafsunya; dan Sifat sabu’iyah, yakni sifat sadis, kejam, biadab, cenderung melakukan eksploitasi, pemerasan dan kezaliman.

Keempat, tarbiyah nafsiyah, yakni puasa merupakan pendidikan nafsu manusia. Menurut petunjuk Al-Qur’an, manusia memiliki tiga nafsu, yaitu:

Nafsu muthmainnah, atau nafsu yang tenang, baik, senantiasa mendorong kepada kebaikan, sehingga kelak akan mendapat panggilan terhormat dari Allah dalam surah Al-Fajr: 27. Hai jiwa yang tenang.

Nafsu law-wamah: nafsu yang menyesali, serakah, rakus, senantiasa mendorong kepada keinginan yang melampaui batas, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Qiyamah: 2. Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).

Nafsu Amara bissu’. Nafsu yang senantiasa mendorong kepada kebebasan dalam melakukan maksiyat dan kedurhakaan, sebagaimana firman Allah surah Yusuf: 53. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Semoga di bulan Ramadan ini kita termasuk orang yang beriman yang taat melaksanakan ibadah puasa, untuk menghasilkan lulusan hamba terbaik yakni muttaqin. Amin. (*)

* Farida isroani, S.Pd.I, M.Pd., Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri.
Editor: Usman Roin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *