Hikmah Berpuasa

FOTOAhmad Muthi’ Uddin, (dok.pribadi)

pai.unugiri.ac.id, BOJONEGORO – Dalam segala ibadah yang diperintahkan Allah Swt, terdapat hikmah dibalik pensyari’atannya. Termasuk ibadah puasa yang kita laksanakan setiap bulan Ramadan ini banyak sekali hikmahnya.

Pembahasan ini, penulis akan menyampaikan empat hikmah ibadah puasa. Pertama, himah spiritual. Kedua, hikmah psikologis. Ketiga, hikmah secara medis; dan keempat, hikmah sosial.

Pertama, hikmah spiritual. Sebagaimana firman Allah Swt surah Al-Baqarah: 183, kita diperintahkan untuk berpuasa, agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Melalui berpuasa, kita akan lebih meningkat salatnya, baca Al-Qur’annya, sedekahnya, jamaahnya yang dilaksanakan dalam kesabaran. Dengan berpuasa, kita dilatih untuk bersabar menahan lapar, dahaga, dan menjauhi segala perbuatan-perbuatan keji, baik berupa perbuatan ataupun ucapan.

Tentunya berbeda dengan aktifitas kita sebelum Ramadan, yang secara cenderung malas-malasan dan tidak karuan. Maka, dengan beribadah puasa diri kita terdorong melakukan ibadah dan menjauhi perbuatan maksiat (dosa kecil ataupun besar).

BACA JUGA: Panduan Mendidik Anak Era Milenial

Kedua, hikmah psikologis. Di samping hikmah spiritual, ternyata puasa juga memiliki keutamaan secara psikologis. Yakni, dapat mengatasi dan mengurangi cemas yang berlebihan. Selain itu, juga dapat reaksi pelepasan produksi protein ke otak (anti depresi).

Ketiga, hikmah medis. Secara medis telah terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kualitas fikiran (kecerdasan). Ini terbukti para ilmuwan atau ulama terdahulu selalu berpuasa ketika menuntut ilmu.

Bahkan ilmuwan barat (ahli filsafat) pun juga berpuasa seperti Socrates, dan Plato dengan tujuan meningkatkan kecerdasan otak mereka. Kalau istilah di Jawa para kiyai kita menyebutnya dengan tirakat, berpuasa mulai dari ngrowot, ndawud, dalail, dan lain sebagainya.

Berkah dari tirakat itu, mereka menjadi orang-orang sukses dan berpengaruh di dunia Sebagimana sabda Nabi Saw: Barang siapa yang lapar, maka luas fikirannya dan cerdas hatinya.
Selain itu, puasa juga dapat mengobati diabetes. Sebagaimana Ibnu Sina yang merupakan tokoh bidang kedokteran, ketika beliau terserang penyakit cacar dan spilis, maka ia berpuasa selama 3 minggu. Hal ini senada dengan sabda Nabi Saw yang artinya: Berpuasalah, maka kalian akan sehat.

Keempat, hikmah sosial. Bulan Ramadan sangat spesial dari bulan-bulan lainnya, di bulan ini kita juga bisa bukber bareng-bareng keluarga, teman, dan rekan kerja. Ini terdapat nilai sosial yang tinggi.

Kita diperintahkan untuk berbagi kepada sesama baik dengan cara bersedekah melalui zakat fitrah, bagi-bagi takjil dan lain-lain. Maka Nabi Muhammad Saw mengajarkan kepada kita untuk jadi orang yang peduli terhadap sesama melalui hadis riwayat Baihaqi: Bukan termasuk mukmin sejati, orang yang makan kenyang sendiri sementara tetangganya sedang kelaparan. (*)

* Ahmad Muthi’ Uddin, M.Pd., Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri.
** Disari dari Al-Jurjawi, Hikmatu Tasyri’ Wafalsafatuhu, Gaza Lirboyo, Sang Mufti, 2022.

Editor: Usman Roin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *